8/11/2014

Tagged Under:

Menghadang Pengaruh ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)

By: afif yulma On: 7:52 PM
  • Bagikan
  • Jakarta - Munculnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Berbagai pencegahan pun dilakukan oleh pemerintah, pemuka agama dan masyarakat. 

    Islamic State in Iraq and al-Shām (ISIS) adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Tidak ada konsensus tentang bagaimana harus menyebut kelompok militan tersebut. Kelompok ini dalam bentuk aslinya didukung oleh berbagai kelompok-kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin, Al-Qaeda di Irak (AQI), kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, serta sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni.

    ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam Wahhabi dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontakan di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang bulan Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir ini. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.

    Tokoh sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al-Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014. Namun karena misi berubah dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dengan menggunakan aksi-aksi kekerasan, sehingga Al-Qaeda tidak lagi mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar Al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin untuk menaklukan Roma.Pemimpin militan ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk tunduk kepadanya. 

    Selain itu ISIS merupakan kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaeda dan mematuhi prinsip-prinsip jihad global. Seperti Al-Qaeda dan kelompok-kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok pertama di dunia Islam di akhir tahun 1920-an di Mesir yang mengikuti interpretasi anti-Barat yang ekstrim terhadap Islam, mempromosikan kekerasan sektarian dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan penafsiran sebagai kafir dan murtad. Dengan tindakannya yang merusak pusara-pusara suci dan pembongkaran kuburan para nabi dan walinya yang shaleh di Irak, Mufti Pemerintah Mesir, Prof Dr Syauqi Allam mengecam tindakan ISIS dan menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran mazhab Islam yang mana pun dan bertentangan dengan kewajaran sebagai manusia.

    Keberadaan ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaeda karena mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Mereka menjadi kekuatan politik baru yang siap melancarkan serangan yang jauh lebih brutal dari pada Al-Qaeda. Gerakan revolusi yang mulanya mempunyai misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter, berubah menjadi tragedi. ISIS menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan sengit terhadap rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi terbentuknya negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas kaum minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam. ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang diduduki dengan cara-cara kekerasan.

    ISIS sempat menyatakan diri tergabung dalam Front Al-Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaeda di Suriah, namun karena metode ISIS dianggap bertentangan dengan Al-Qaeda lantaran telah berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah, maka ISIS dianggap tidak lagi sejalan dengan Al-Qaeda. Sebagai balasannya, Front Al-Nusra lalu melancarkan serangan perlawanan terhadap ISIS guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal, wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. Namun karena kebrutalan dan ambisi dari ISIS yang tidak segan melakukan penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para penentangnya, sehingga ISIS bisa menguasai sebagian besar wilayah Irak. Bahkan dibawah kepemimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah, selain itu juga menyatakan Al-Baghdady akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia.

    ISIS pada 15 Mei 2010 mengangkat pemimpin baru yaitu Abu Bakar Al-Baghdady untuk menggantikan Abu Umar Al-Baghdady yang telah meninggal. Seiring dengan revolusi di Jazirah Arab yang dikenal dengan Musim Semi Arab dalam menumbangkan para diktator, seperti yang terjadi di Tunisia, Libya dan Mesir, maka terjadi pula revolusi di Suriah, hanya saja demonstrasi rakyat di Suriah disambut dengan kekerasan dari tentara Presiden Bashar Assad. Akibatnya rakyat Suriah melakukan perlawanan dalam kelompok-kelompok bersenjata. Kelompok-kelompok ini dibantu oleh para pejuang dari luar negeri, termasuk dari negara Islam Irak. Ketika kelompok-kelompok pejuang rakyat Suriah ini akhirnya mampu membebaskan beberapa kota termasuk wilayah perbatasan dengan Irak maka menyatulah beberapa kota di Irak dan di Suriah dalam kontrol Negara Islam Irak.

    Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Musthafa Ya'kub, menilai kelompok radikal ISIS terlahir bukan dari rahim umat Islam, kendati kelompok ini mendengungkan label Islam dalam perkembangannya. Hal ini disampaikan saat konferensi pers Koalisi Umat Islam Indonesia untuk menolak ISIS di negara Indonesia.


    Afif Yulma Putra-DetikNews


    Recent Posts Widget

    0 komentar:

    Post a Comment